Kamis, 17 November 2011



Kota tua, 30 Oktober 2011
jalan-jalan bareng seorang temen, namanya Isna. Kita sebenernya ga niat mau main. Hari ini kita muter-muter cari tiket kereta buat pulang ke Kebumen. Tapi, tiket kereta udah abis :( Daripada ga dapet apa-apa, kita main ke Kotu deh

Selasa, 18 Oktober 2011

Curhat


Udah tiga bulan, gue ada di tempat ini (UI). Jauh dari orang tua. Jauh dari rumah. Jauh dari banyak hal yang gue sayangi. Semua bener-bener beda . Awalnya, banyak hal yang bikin gue khawatirin. Banyak hal yang bikin gue deg-degan tanpa alasan yang jelas. Banyak hal yang ngeganggu fikiran.
Gue bener-bener keluar dari zona nyaman. Di sini emang tempat belajar prihatin. Banyak duit yang keluar buat ini itu. Beli ini, beli itu. Padahal, gue ini mahasiswa pas-pasan loh. Mau makan juga mesti mikir. Mau makan apa, harganya berapa, duit ada apa ega. Dulu, kemana-kemana ada motor. Mau kemana aja gampang. Sekarang? Enak sih kalo pas ada bikun. Tapi kalo bikun libur (sabtu sore sama minggu), gue mesti pikir gimana cara pulang ke asrama yang lumayan terpencil itu. Kadang naik angkot (lumayan susah juga rutenya), kadang jalan kaki. Eits,… jangan dikira jalan dari FIB ke asrama deket ya. Ya, sekitar 20 menit kalo jalannya rada cepet. Alhasil, gara-gara kebanyakan jalab betis gue tambah kekar. hehehehe
Homesick? So pasti pernah. Namanya juga pertama kali tinggal jauh dari orang tua TT Untungnya, gue ga sering homesick. Alhamdulillah yah. Kadang berasa pengen pulang walau cuma sebentar. Tapi.. apa daya waktunya ga ada. Ya sudahlah.
Kuliah? Ternyata sastra Jepang penuh tantangan. Ga semudah yang gue fikirin. Tata bahasa yang kadang rumit. Kanji-kanji rumit yang mesti diapalin. Gue harus bener-bener adaptasi. Ganbatte!

Sudah terlalu lama

Lama rasanya tak merangkai kata dalam makna. Ada sebuah kerinduan menuangkan apa yang ada di dalam hati. Banyak hal yang tak tertuangkan. Banyak hal yang terlupa tanpa bekas. Banyak hal yang berlalu begitu saja.
Aku benar-benar rindu. Rindu merangkai kata. Membuka belenggu kreativitas yang sudah terlalu lama. Aku ingin bebas mengungkapkan apa yang ada dalam hati ini. Menulis untuk menuangkan semua. Ya, aku ingin menulis lagi. Sudah lama tak aku lakukan. Ya, aku akan menulis.

Rabu, 31 Agustus 2011

Sebuah catatan untuk teman seperjuangan, B3 2011:)

Kawan, kita adalah para pejuang mimpi. Kita punya mimpi yang harus diperjuangkan dengan sepenuh hati. Tak perlu pikirkan pandangan orang yang memandangkan sebelah mata kemampuan kita. Tetaplah berjuang. Yakinilah selalu ada hasil di balik perjuangan.

Mungkin tak semua keinginan utama kita bisa tercapai. Mungkin kini kita harus berjuang di jalur yang bukanmerupakan impian yang kita awalnya perjuangkan. Namun, ada banyak hal yang harus kita terima dan kita syukuri. Kita hanya manusia biasa. Kita hanya bisa berusaha dan biarlah Tuhanlah yang menentukan hasilnya. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan. Yakinilah Dia tahu apa yang terbaik buat kita. Sudah selayaknya kita berjuang dengan apa yang kita miliki dengan sepenuh hati. Totalitas perjuangan akan membawa kita kepada kesuksesan. Yakinilah hal itu, kawan.

Mungkin sebagian ada yang masih ingin berjuang demi impian awal. Tak apa, Kawan. Berjuanglah dengan sepenuh hatimu. Mantapkan hatimu. Jangan sampai semangatmu luntur di tengah jalan. Di sini ada kawan yang akan selalu mendukung perjuanganmu. Ada kawan yang akan selalu siap berbagi semangat untuk menemani perjuanganmu.

Kawan, bagaimana rasanya mendapat apa yang kalian perjuangkan? Menyenangkan bukan? Tetaplah ingat bahwa ini hanya sebuah awal. Awal dari impian kita. Sebuah gerbang di dunia mimpi yang telah kita susun. Perjuangan kita masih panjang. Masih banyak hal yang harus kita perjuangkan. Tetaplah semangat, Kawan.

Perjuangan tak usai di sini. Banyak mimpi yang menunggu kita untuk meraihnya. Ada senyum kebanggaan orang-orang yang kita sayang yang harus kita kembangkan. Nikmatilah perjuangan, kawan. Go struggle go success! Ganbatte kudasai :)



Laras Wijayanti, Mahasiswa Sastra Jepang Universitas Indonesia 2011

Kamis, 20 Januari 2011

Luka

Kepingan hati ini masih tercecer
Luka ini masih bisa dirasa
Masih bisa kulihat luka
Tak hanya tergores ataupun tersayat

Waktu tetap bergulir
Tak ada yang bisa membuatnya berhenti
Aku tetap di sini
Terdiam dalam kaku
Terdiam dalam sunyi
Terpatung dalam sendiri

Kucoba merekat hati
Kepingan kucoba susun
Berharap bisa menyatu
Semakin aku coba semakin aku tahu
Aku terluka